Daftar Blog Saya

Minggu, 24 Juli 2011

Laporan pendahuluan Askep pasien dengan gastroenteritis

A. Konsep Dasar Gastroenteritis

1. Definisi
Gastroenteritis (diare) merupakan suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali dan pada bayi lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah, atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

3. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor infeksi:
1) Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella, yersinis enterocolitica, campylobacter.
2) Virus; enterovirus-echoviruses, adenovirus, human retrovirus seperti agent rota virus, astrovirus.
3) Jamur; candida enteritis.
4) Parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, srongyloides), protozoa (entamoebahystolityca, giardialamblia).
5) Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malobsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerensi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa,
2) Malabsrobsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor fsikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).




4. Patofisiologi
Menurunnya pemasukan/ hilangnya cairan akibat muntah, diare, demam, hiperpentilasi

Tiba-tiba dengan cepat cairan ekstraseluler hilang

Ketidak seimbangan elektrolit

Hilangnya cairan dalam intra seluler

Disfungsi seluler

Syok hipovolemik

Kematian

5. Tanda dan Gejala
a. cengeng
b. gelisah
c. suhu tubuh biasanya meningkat
d. nafsu makan berkurang atau tidak ada
e. diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah
f. muntah
g. dehidrasi

6. Komplikasi
a. Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, Ashwill and Droske (1997) membagi dehidrasi atas:
1. Dehidrasi ringan; berat badan menurun 3%-5%, dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg.
2. Dehidrasi sedang; berat badan menurun 6%-9%, dengan volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg.
3. Dehidrasi berat; berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.





Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas:
1) Dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEq/L.
2) Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na plasma kurang dari 131 mEq/L.
3) Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na plasma lebih dari 150 mEq/L

b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
d. Hipokalsemia
e. Hiponatremia
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
h. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
i. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
j. Asidosis.


7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
3) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik.
4) pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance.
b. Pemeriksaan darah
1) Darah lengkap
Darah perifer lengkap, analisa gas darahdan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena mal nutrisi/malabsrobsi tekana fungsi sumsum tulang (proses imflemasi kronis), peningkatan sel-sel darah putih.
2) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
c. Pemeriksaan elektrolit tubuh.
Terutama kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat terutama pada penderita diare yang mengalami muntah-muntah, pernapaan cepat dan dalam, kelemahan otot-otot, ilius paralitik.
d. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

8. Pengobatan
Dalam garis besarnya pengobatan diare dibagi dalam:
a. Pengobatan kausal
Pada penderita diare antibiotik hanya boleh diberikan kalau:
1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan.
2) Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan darah pada tinja.
3) Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral.
4) Di daerah endemik kolera.
5) Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nasokomial.
b. Pengobatan simptomatik
1) Obat-obat anti diare.
2) Adsorbent.
3) Antiemetik.
4) Antipiretik.
c. Pengobatan cairan
Ada 2 jenis cairan, yaitu:
1) Cairan rehidrasi oral (CRO)
Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap mengandung NaCl, KCl, NaHCO3 dan glukosa penggantinya, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat komponen di atas, misalnya larutan gula-garam (LGG), larutan tepung beras-garam, air tajin, air kelapa, dan lain-lain caiaran yang tersedia di rumah, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan rehidrasi parenteral (CRP)
Sebagai hasil rekomendasi Seminar Rehidrasi Nasional ke I s/d IV dan pertemuan ilmiah penelitian diare, Litbangkes (1982) digunakan cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal untuk digunakan di Indonesia, dan cairan inilah yang sekarang terdapat di puskesmas-puskesmas dan di rumah-rumah sakit di Indonesia. Pada diare dengna penyakit penyerta (KKP< jantung, ginjal) cairan yang dianjurkan adalah Half Strength Darrow Glukose yaitu cairan Hartmann setengah dosis di dalam 2,5 % glukosa atau cairan Darrow setengah dosis di dalam glukosa 2,5%, karena keduanya mengandung natrium, kalium, klorida, laktat (basa), dan glukosa.
Kebutuhan cairan dapat dihitung sebagai berikut:
a) 24 jam pertama:
(1) Dehidrasi ringan; 180 ml/kg (sekitar 3 ¼ fl. oz per lb) per hari.
(2) Dehidrasi sedang; 220 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per hari
(3) Dehidrasi berat; 260 ml per kg (sekitar 4 ¾ fl. oz per lb) per hari
b) Hari-hari berikutnya:

Kebutuhan normal sehari-hari adalah 140 ml per kg (sekitar 2,5 fl. oz per lb), ditambah dengan penggantian pengeluaran cairan, yang dihitung secara kasar lewat buang air besar atau lewat muntahnya. Semua cairan yang diberikan dalam berbagai cara diatas harus dicatat dan dijumlahkan sertiap hari.

d. Pengobatan diuretik
1) Untuk anak kurang dari 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg
Jenis makanan:
a) Susu (ASI/ susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh misalnya; LLM, almiron.
b) Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat
c) Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
2) Untuk anak diatas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg
Jenis makanan: makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
e. Obat-obatan
Prinsif pengobatan diare ialah menggantikan yang hilang melalui tin ja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).


B. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastroenteritis
1. Pengkajian
Adapun langkah-langkah dalam pengkajian adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan nama ortu.
2) Keluhan utama klien
Biasanya mengeluh berak-berak encer dengan atau tanpa adanya lendir dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau-hijauan dan berbau amis. Biasanya disertai muntah, tidak napsu makan dan mungkin ada demam ringan atau demam tinggi pada anak-anak yang menderita infeksi usus (Ngastiyah 1997).
3) Riwayat penyakit sekarang
a) Lamanya keluhan : masing-masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, status gizi, keadaan sosial ekinomi, hygiene dan sanitasi (Jellife, 1994)


b) Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan menjadi gelisah, badan menjadi lemah dan beraktifitas bermain kurang (Ngastiyah, 1997).
c) Faktor memperberat : ibu menghentikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralitr atau larutan gula garam).


4) Riwayat penyakit dahulu
Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah sakit.
5) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Disini hal-hal yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilan dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup kesehatan anak sebelum lahir, saat lahir, dan keadaan anak setelah lahir.
6) Tumbuh kembang
Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial atau kemandirian.
7) Imunisasi
Dalam pengkajian ini yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapatkan imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadual pemberian serta efek samping dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi, dan sebagainya.
8) Psikososial
Dalam pengkajian ini yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan sosial anak, kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme koping yang digunakan oleh anak dan keluarga. Respon emosional keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress mencakup juga harapan-harapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.
9) Kesehatan fisik
Beberapa hal yang perlu ditanyakan meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makan, jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang air besar dan buamg air kecil di rumah dan di rumah sakit. Selain itu ditanyakan tentang konsistensi , warna dan bau dari objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik di rumah maupun di sekolah, juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandi, keramas, gosok gigi dan ganti baju.

10) Kesehatan mental
Dalam hal ini ditanyakan mengenai pola interaksi anak, pola kognitif anak, pola emosi anak saat dirawat, pola psikologi keluarga serta kopingnya dan pengetahuan keluarga dalam mengenali penyakit anaknya.
11) Kesehatan sosial dan spiritual
Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan meliputi pola kultural atau norma yang berlaku dalam keluarga dan pola rekreasi serta keadaan lingkungan rumah. Mengenai pola spiritual yang ditanyakan mengenai pola ibadah apakah klien sudah bisa beribadah dan nilai-nilai spiritual yang sudah ditanamkan oleh keluarga.

b. Pemeriksaan fisik
a) Aktifitas/istirahat
Gejala : gangguan pola tidur, misalnya : insomnia dini hari, kelemahan , perasaan hiper dan atau ansietas.
Tanda : periode hiperaktifasi, latihan keras terus menerus.
b) Sirkulasi
Gejala : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat.
Tanda : tekanan darah rendah, bradikardi, distritmia.
c) Integritas Ego
Gejala : ketidak berdayaan putus asa
Tanda :status emosi depresi, menolak , marah, ansietas.
d) Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri abdomen tidak jelas dan distres, kembung, penggunaan laktatif atau diuretik
e) Makanan/cairan
Gejala lapar terus menerus atau menyangkal lapar nafsu makan normal atau meningkat (kadang menghilang sampai gangguan lanjut.)
f) Hygene
Tanda : rambut rontok, kuku kotor dan rapuh, tanda erosi email gigi, kondisi gusi buruk.
g) Neurosensori
Tanda : efek depresi, perubahan mental (apatis, bingung, gangguan memori) karena mal nutrisi/kelaparan.
h) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejal : sakit kepala
i) Keamanan
Tanda : peningkatan suhu tubuh, berulangnya proses infeksi, eksim atau masalah kulit lain.

j) Interaksi sosial
Gejala : merasa tidak berdaya
2) Pemeriksaan penunjang
Pada gastroenteritis biasanya dilakukan pemeriksaan tinja untuk mengetahui jenis kuman penyebab, pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin dan glukosa serta perlu diketahui adanya riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
c. Analisa data
Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan klien dalam hal ini anak dan ortu sedangkan data obyektif yaitu data yang didapat dari suatu pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan. Data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan peranannya untuk menunjang suatu masalah, dimana masalah tersebut berfokus pada klien dan respon klien.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan potensial atau aktual (Gaffar, 1999: 61). Diagnosa keperawatan berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah klien yang dapat ditangani oleh perawat (Doenges, 2000: 46).
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang sering ditemukan pada pasien diare, yaitu :
a. Menurut Lynda Juall Carpenito ( 1999 ), halaman 188-191
1). Resiko tinggi terhadap defisit cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap muntah dan diare.
2). Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder terhadap dilatasi sekunder dan hiperperistaltik.
3). Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diit dan tanda-tanda serta gejala komplikasi.

b. Menurut Tucker et all ( 1999 ), halaman 958-960
1). Diare yang berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi atau mal absorbsi usus.
2). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan mentoleransi cairan peroral tanpa muntah dan diare.
3). Perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan seringnya defekasi sehingga iritasi pada daerah anal dan bokong.
4). Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kebutuhan perawatan di rumah dan prosedur yang diikuti jika diare berulang.


3. Perencanaan
Perencanaan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi klien (Depkes RI, 1998). Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana tujuan/ hasil ditentukan dan intervensi dipilih. Sedang rencana perawatan adalah bukti tertulis dari tahap dua dan tiga proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah atau kebutuhan klien (Marilynn E. Doenges, 1999). Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis adalah sebagai berikut :
Dx. 1. Diare b/d mal absorbsi usus
Tujuan :
Diare teratasi
Kriteria hasil :
Orangtua mengatakan frekuensi BAB kurang dengan konsistensi tidak encer.
Rencana Keperawatan :
a. Kaji dan observasi defekasi, karateristik, jumlah dan factor pencetus.
b. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.
c. Mulai berikan pemasukan cairan peroral secara bertahap, hindari minuman dingin.
d. Jelaskan manfaat istirahat adekuat.
e. Observasi demam, letargi,takikardi.
f. Kolaborasi dalam pemberian antikolinergik dan antibiotic.
Rasional :
a. Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya diare.
b. Untuk menghindari iritasi dan meningkatkan istirahat usus.
c. Memberikan istirahat kolon dengan menurunkan/ menghilangkan rangsangan makanan/ cairan.
d. Istirahat menurunkan mobilisasi usus, juga menurunkan laju metabolisme bila terjadi infeksi.
e. Untuk menentukan intervensi yang tepat untuk dilakukan.
f. Anti kolinergik untuk menurunkan peristaltic usus, antibiotic mengobati infeksi supurati lokal.
Dx. 2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake dan output tidak seimbang.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan dalam batas normal sesuai dengan tinggi dan umur klien, porsi makan dihabiskan.
Rencana Tindakan :
a. Kaji status nutrisi klien serta intake dan outputnya.
b. Timbang BB setiap hari.
c. Observasi dan catat respon terhadap diit yang diberikan.
d. Sesudah dehidrasi, anjurkan untuk tetap memberi ASI.
e. Berikan lingkungan yang menyenangkan selama makan.
f. Anjurkan untuk memberikan makanan sedikit tetapi sering.
Rasional :
a. Sebagai perbandingan dalam menentukan perubahan nutrisi klien selama sakit.
b. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi klien selama sakit.
c. Untuk menilai toleransi klien terhadap diit yang diberikan.
d. Pemberian ASI dapat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan.
e. Nafsu makan terangsang pada situasi yang rileks dan menyenangkan.
f. Pemberian makan sedikit tapi sering tidak akan menekan gastric sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.
Dx. 3. Resiko terjadi defisit volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan melalui diare dan muntah.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, mukosa bibir lembab, keluaran urin normal 10-20 ml/ jam dan turgor kulit normal.
Rencana tindakan :
a. Kaji masukan dan haluaran tiap delapan jam.
b. Ukur tanda-tanda vital tiap 1-2 jam.
c. Timbang BB tiap hari.
d. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
e. Beri anti diare sesuai program.
Rasional :
a. Untuk mengetahui keefektifan terapi.
b. Untuk mengetahui hipotensi dan peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.
c. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi setiap hari.
d. Pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastric sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.
e. Agen dari diare mengurangi jumlah cairan feses.





4. Intervensi
Intervensi atau tindakan keperawatan dibagi menjadi dua, yaitu tindakan mandiri (dilakukan perawat) dan tindakan kolaboratif (dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya). Contoh dari kedua tindakan yang dilakukan secara professional berbeda ini adalah :
Tindakan mandiri : membatasi jumlah pengunjung, merapikan tempat tidur pasien, menimbang berat badan anak, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada anaknya yang sakit diare.
Tindakan kolaboratif : memberikan obat anti diare seperti yang dipesankan.

5. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dan tolak ukur dari hasil yang telah dicapai . Sebagai proses akhir berarti evaluasi merupakan umpan balik bagi perawat akan berhasil atau tidaknya tujuan atau mungkin bahkan timbul masalah baru yang sama sekali tak terduga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar